Tentu saja dia cemberut sampai mukanya dilepat-lipat jadi tujuh.Sesekali aku hanya bisa mencuri-curi pandang ke arah Evi yang matanya juga tidak pernah lepas menatap setiap gerak gerikku dan Tia. Bokep live Tapi sekali lagi, aku memang pengecut. Aku geser posisi dudukku mendekati Evi. Tiba-tiba pintu kamar yang lupa kami Kunci pun terbuka. Kami mulai gelisah hingga hanya menggesek-gesekkan kaki kami satu sama lain.Nafas Tia mulai turun naik tidak terkendali. Karena sudah capek menunggu Tia,akhirnya aku putuskan untuk mengajak Evi berjalan-jalan pagi mengitari kampung. Tapi aku juga tidak bisa lepas dari dekapan Tia. Satu demi satu pakaian kami tanggalkan. Dilain pihak, aku juga menyayangi Evi. Rasa bersalah menyelimuti pikiranku..lagi-lagi aku menyakiti perasaannya yang halus. Tapi sekali lagi, aku memang pengecut.
